Eksistensi Keroncong Tugu
Eksistensi Keroncong Tugu - Keroncong tugu adalah keroncong yang berasal dari Betawi dan merupakan sebuah hasil dari akulturasi budaya Indonesia dengan budaya portugis. Keroncong biasanya dipentaskan dan berkembang di daerah Tugu yang terdapat di Jakarta Utara.
Pementasan Keroncong Tugu ini dipentaskan dibeberapa acara dan merupakan termasuk musik unik dengan dari sebagian besar lagunya berirama 4/4 dan bernada mayor. Pendiri Keroncong Tugu ini adalah Joseph Quiko dan keroncong tugu ini masih dilestarikan oleh Guido Quiko yang merupakan keturunan Joseph Quiko.
Pada awalnya keroncong Tugu ini adalah berasal dri bangsa Portgis kemudian di bawa ke Indonesia oleh orang keturunan Mardjiker yang merupakan keturunan tentara portugis atau bekas tawanan Belanda waktu itu di Jakarta. Di Pindahkan ke Belanda kekampung Tugu di daerah Kola ketika mereka berpindah agama dari katolik ke Prostestan dan keroncong tugu mulai berkembang.
Orkes keroncong yang bernama Pusaka Krontjong Moresco Toegoe Anno 1661 ini keroncong tugu mulai diperkenalkan oleh Joseph Quiko pada tahun 1925, dan pembebasan tawanan portugis serta budak asal India oleh pemerintah Belanda.
Setelah Joseph meninggal akhirnya seni tersebut dilanjutkan oleh saudaranya yaitu Jacobus dan Samuel Quiko. Sedangkan pada tahun 1991 krontjong Moresco Toegoe diganti menjadi Cafrinho yang artinya beramai- ramai, akan tetapi orang - orang umumnya lebih mengenal dan akrab dengan Keroncong Tugu.
Alat yang digunakan keroncong Tugu ini awalnya hanya terdiri dari tiga jenis gitar, yaitu gitar grouga, gitar monica dan gitar Jitera dan tidak banyak berubah walaupun mengalami perkembangan. Alat musik keroncong Tugu yang tidak mengalami perubahan antara lain : Banyo, tamborin, ukulele, celo, biola, dan gitar. Sedangkan penambahan alat musik keroncong tugu tersebut seperti flute, pant, mandolin dan kerincing.
Sedangkan lagu keroncong yang merupakan jejak portugis dan merupakan lagu lama dan setiap orang Indonesia di lelapkanya adalah lagu "Nina Bobok", lagu ini pada awalnya dinyanyikan dengan gaya keroncong. "Nina" diartikan "cilik" atau kecil alias upik. Sedangkan lagu Moresco ini bercerita tentang muslim asal Moro dan terkenal menjadi penari.
Keroncong Tugu ini memiliki ciri khas tersendiri yaitu dengan tempo cepat dan dinyanyikan dengan semangat dan keroncong Tugu ini juga disajikan untuk mengiringi dansa. Sedangkan perbedaan lain adalah gitar tugu sebagai ciri khas dengan ukuran yang lebih kecil. Gitar Jitera ini memiliki sejumlah dawai lima dan terbuat dari pohon waru. empu Jitera yang terkenal adalah Leonidas Salomons.
Seniman keroncong Tugu antara lain : Jacobus Quiko dan Samuel Quiko dengan keunikanya memimpin keroncong Tugu dan Tante Christina seorang biduanita dan menerima penghargaan tahun 1974, dan piagam dari Gubernur DKI Jakarta juga diterima oleh Jacobus Quiko pada tahun 1975.
Semoga bermanfaat.
Semoga bermanfaat.