Tari Tradisional Magis Atraktif Niti Mahligai Adat Daerah Kerinci Jambi
Tari Tradisional Magis Atraktif Niti Mahligai Adat Daerah Kerinci Jambi - Tari Niti mahligai adalah tarian khas Daerah Jambi dan salah satu dari beberapa tarian tradisional yang terdapat di Jambi. Tari magis telah ada sejak jaman dahulu dan hingga kini tari ini masih berkembang.
Perkembangan seni yang dihasilkan oleh para seniman baru untuk melestarikan seni tari tradisi yang ada dengan mengolah kembali tarian tradisi menjadi sebuah bentuk tari kreasi baru sesuai dengan perkembangan jaman.
Selain tari kreasi baru masyarakat Kerinci juga mengenal tarian tradisi yang pada jaman dahulu digunakan sebagai pemujaan roh nenek moyang dan sakral yang disebut dengan tari Asyek. Asyek berasal dari kata Asik.
Jenis tari Asyek yang kini masih berkembang antara lain Mahligai Kaco, Tolak Bala, Niti Naik Mahligai,Gagah Harimau, Mintak Lamat, Mandi Taman, Mandi malimau dan masih banyak lagi.
Tari Niti Mahligai adalah tari tradisional bersifat magis atau mengutarakan "kehendak". Tari Niti Mahligai menurut Eva Bram (2006) seorang pawang tari Niti Mahligai, Niti Berarti berjalan atau naik diatas suatu benda atau naik ke atas suatu benda, dan mahligai adalah adalah tahta atau istana.
Jadi Tari Niti Mahligai bermakna tarian yang dilakukan secara khusuk untuk mencapai sebuah tujuan memperoleh tahta atau istana. Menurut Muchtar Hadis (2006) tari ini pada jaman dahulu digunakan untuk upacara penobatan gelar adat bilan salih.
Bilan salih adalah gelar adat seorang anak perempuan yang batino atau kaum perempuan bertugas mendampingi pamangku adat yang menyandang gelar sko, antara lain, ninik Mamak, anak jantan, Depati. Anak jantan disandang oleh kaum pria.
Upacara bilan salih adalah sebuah upacara yang dilakukan oleh masyarakat Siulak Mukai Tengah yang dilakukan secara turun temurun atau disebut dengan Naik Mahligai. Baca Tari Tauh tarian tradisional Jambi.
Berdasarkan fungsinya tari ini pada jaman dahulu digunakan untuk :
1. Sarana Komunikasi kepada roh nenek moyang
2. Sebagai sarana komunikasi kepada masyarakat
3. Sebagai sarana penyembuhan.
4. Sebagai sarana pengungkapan rasa sykur
5. Sebagai sarana pengikat solidaritas masyarakat atau antar penyandang adat.
Kini fungsi tari ini telah berubah dari mulai dari bentuk dan penyajianya. Tari ini juga telah mengalami perubahan dan pada tahun 1999 tari ini dirubah menjadi Tari Niti Naik mahligai.
Pertunjukan tarian ini memiliki bentuk serta penyajian yang sederhana antara lain seperti musik, gerak, pola lantai, properti, tata rias dan tata busana. Tari ini juga terdapat keunikan yaitu tari atrakasi menantang dan berbahaya karena ketika tari ini mulai beratraksi penari mulai dirasuki roh nenek moyang yang dipercaya memiliki kekuatan manusia dan atraksi tak sadarkan diri selama atraksi berlangsung. Jenis atraksi tersebut antara lain :
- Niti Gunung kaco atau menari diatas pecahan kaca.
- Niti Gunung Teli pertunjukan berjalan diatas mangkok kecil dan diatas batang pisang dan diatasnya diletakan telur.
- Niti Gunung Tajam adalah menari di atas bambi runcing serta paku yang di tata.
- Niti Gunung Pedam adalah pertunjukan tari di atas ujung pedang yang runcing.
- Niti Gunung daun adalah pertunjukan tari di atas daun kelor.
- Niti Laut api adalah pertunjukan tari di dalam bara api yang sangat panas.
Menurut Eva Bram (2006) atraksi yang dilakukan oleh penari memiliki makna tersendiri dan para penari wajib melakukan ritual sebelum melaksanakan pertunjukan yaitu persembahan kepada nenek moyang agar mendapat perlindungan dan berjalan lancar saat pertunjukan berlangsung.
Busana tari yang digunakan adalah dengan busana kostum tari adat setempat berupa pakaian warna hitam dan sulaman benang warna kuning pada dada. Hiasan pada kepala menggunakan kuluk atau sungkun warna hitam dan penghias lainya. Kain yang digunakan penari bagian bawahan disebut tahap berupa kain songket berwarna merah yang memiliki makna simbolis.
Semoga bermanfaat.
Semoga bermanfaat.