Makna Filosofis Motif Ragam Hias Wahyu Tumurun

Makna Filosofis Motif Ragam Hias Wahyu Tumurun - Motif batik wahyu tumurun adalah salah satu motif yang berasal dari Yogyakarta, adalah salah satu motif batik yang  paling banyak digunakan karena nilai keindahan pola pada batik tersebut. 

Motif Wahyu tumurun telah ada sejak tahun 1480 di wilayah Jogjakarta setelah mengalami perkembangan didaerah masing - masing motif tersebut dengan berbagai ragam yang variatif.  

Makna Filosofis Motif Ragam Hias Wahyu Tumurun

Motif burung merak pada motif sebagai simbol lokal Yogyakarta atau sebagai petunjuk asal motif batik, sedangkan di Surakarta dengan motif burung merak yang telah divariasi dengan burung Phoenix sebagai simbol pengaruh budaya Cina yang berkembang di Surakarta. 

Motif tersebut terdiri dari pola motif utama yang ditonjolkan berupa mahkota terbang dan tambahan motif pada sepasang ayam serta burung yang saling berhadapan dan ada pula motif tambahan mengisi pada bidang kosong dengan motif tumbuh - tumbuhan.

Keindahan batik motif ini lebih bervariasi dengan dibubuhkan motif semen, truntum, ukel, sogan dan granitan.

Makna Pada Motif Wahyu Tumurun

Pola mahkota Terbang adalah simbol kemuliaan, agar sipemakai mendapatkan petunjuk, rahmat, berkah serta anugerah yang berlimpah dari Tuhan Yang Maha Kuasa, juga pengharapan akan keberhasilan meraih cita - cita kedudukan atau pangkat.

Sedangkan motif tersebut dalam upacara pernikahan dimaknai sebagai berkah kehidupan lahir batin dalam kehidupan rumah tangga, keharmonisan yang langgeng dan terjaga selamanya., sehingga motif ini banyak dikenakan dalam upacara pernikahan adat Jawa. 

Proses Pembuatan Pola Batik 
Pembuatan motif wahyu tumurun dahulu memang terbilang berat karena mengharuskan kepada para pembuat atau pengrajin batik berpuasa selama  40 hari 40 malam sebelum menciptakan pola batik.

Dari proses tersebut motif tersebut memiliki berbagai makna filosofis dan historis mendalam pada pola yang diciptakan seperti titik, garis sehingga terbentuk batik yang berisikan doa serta pengharapan pada Illahi. 

Adapun motif batik wahyu tumurun yang berasal dari Putra Mangkunegaran yang dianggap sebagai batik kraton. Batik jenis ini biasa dipakai oleh para pengantin atau mempelai pada waktu "Panggih" (dalam bahasa jawa). 

Wahyu dimaknai sebagai anugerah atau berarti turun, sehingga kedua pengantin diharapkan mendapatkan anugerah dari yang Maha Kuasa, kehidupan bahagia dan sejahtera dan mendapatkan petunjuk dari Tuhan Yang Maha Kuasa. 

Kini dalam perkembanganya motif wahyu tumurun sangat beragam dan variatif, keunikan dalam menjahit kain batik tidak diperbolehkan motif mahkota atau ayam terbalik sehingga makna dari motif tersebut akan hilang, dan akan lebih tepat bila posisi motif tersebut dipasang berdiri seperti kuda laut. 

Semoga bermanfaat. 

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel